• Posted by : Unknown Jumat, 12 Juli 2013



    Ayah : Ayo adik, kenapa kok shalatnya cepet-cepet begitu? Shalat itu dibaca ayatnya bukan cuma naik turun kayak gitu..
    Anak : tapi Yah, adik sebenarnya pingin mbaca, Cuma kalo adik pas ikut jamaah disekolah atau di mesjid, pasti adik baru baca sedikit trus sudah ruku’ atau sudah sujud, jadi ketinggalan deh nanti
    Akupun terhenyak. Betapa tidak, kita, ya aku dan kau ternyata seperti itu dimata mereka.
    Si anak diharuskan menghafal, diharuskan tepat waktu diharuskan berjamaah dan harus-harus yang lain, tapi faktanya, shalat kita Cuma sekedar seperti itu dan celakanya kita lalu menjadi contoh penting bagi mereka, jadi panutan.
    Artinya, mereka sadar atau tidak, suka atau tidak, pada akhirnya mengikuti pola “umum” (baca : pola masyarakat muslim kita ini) yang berjamaah dengan begitu cepat tanpa tartil.
    Coba lihat di mushalla, di langgar, surau, mesjid, atau jika kau belum atau jarang ketempat-tempat tadi, setidaknya saat jamaah dirumahmu sendiri (atau kau juga tidak pernah jamaah dirumahmu sendiri?), lalu coba rasakan, secepat apa atau selambat apa kita shalat. Betul, yang aku maksud adalah shalat jamaah, bukan shalat sendiri-sendiri.
    Seperti pada tulisanku terdahulu, cara mengetahuinya sederhana sekali. Bila kau shalat maghrib misalnya, maka saat selesai isya (isya lho, bukan magrib) nanti coba kau ingat surah apa yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua shalat maghrib tadi (bukan yang shalat isya barusan). Jika kau ingat, setidaknya kau tidak termasuk ”mudah melupakan”. Yah, kalau kau berjabat tangan dengan seorang raja, tentulah setidaknya seminggu masih bisa kau ingat dan rasakan (kecuali bila jabatanmu diatas dari raja). Jika kau membaca sebuah surah didepan Sang Pencipta dan Maha Penguasa, sungguh mestinya kita wajib mengingat surah itu hingga setidaknya 3 waktu shalat berlalu. Walhasil surah yang dibaca saat shalat maghrib tadi, maka disubuh nanti tetap masih kita ingat (bahwa maghrib tadi kita membaca surah tersebut).
    Shalat : cepat atau lambat?
    Paling sering kita dengar alasan dengan menggunakan hadis yang kira-kira berbunyi ”bahwa dibelakang kita boleh jadi ada orang-orang yang memiliki urusan atau sudah tua” (jika ada yang tahu persisnya plus sanadnya, mohon bisa di share ya..)
    Itu dia, alasan bagi sang imam ketika dirinya terburu-buru dalam bacaan shalat.
    Ada analogi lain yang lebih sederhana. Jika kau menonton bioskop dengan film bagus, maka 2 jam tak terasa, rasa ingin pipis jadi menyebalkan (karena khawatir tertinggal jalan cerita).
    Tapi jika kau ruku’, seberapa lama ruku’ mu? Ketika saat itu kau ucapkan ”Maha Suci Engkau ya Tuhan, Maha Luar biasa, dan segala puji hanyalah bagi-Mu”. Coba pasang stopwatch-mu sekarang lalu baca kalimat ruku’ dengan benar dan nyaman, lalu hitung berapa lama. Lalu bandingkan dengan seberapa cepat kau memuji Tuhan dalam ruku’ yang sebenarnya.
    Apa iya, kita ucapkan ”terima kasih” dengan cepat lalu menjadi ”makasih” lalu jadi ”kasih trus jadi ”masih” akhirnya tingga’ ”sih”. Bukankah itu yang kita lakukan saat kita bertasbih ”subhanallah alhamdulillah Allahu akbar”, berubah menjadi ”banallah… dulillah…wakbar”.

    Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu: Bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam masuk mesjid. Lalu seorang lelaki masuk dan melakukan salat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda: Ulangilah sholatmu, karena sesungguhnya engkau belum sholat. Lelaki itu kembali sholat seperti sholat sebelumnya. Setelah sholatnya yang kedua ia mendatangi Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. dan memberi salam. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: Wa 'alaikas salam. Kemudian beliau bersabda lagi: Ulangilah sholatmu, karena sesungguhnya engkau belum salat. Sehingga orang itu mengulangi sholatnya sebanyak tiga kali. Lelaki itu berkata: Demi zat yang mengutus Anda dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda: Bila engkau melakukan sholat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Al-Qur'an yang engkau hafal. Setelahitu rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh sholatmu. (HR. Muslim no. 602)
    Duhai Tuhan, maafkan daku yang tak jua benar dalam ibadah. Ampuni khilafku wahai Sang Pemilik Neraka. Sungguh tak ada maksudku bermain-main dengan itu. Sungguh aku memohon bimbingan dan ridho-Mu, wahai Tuhan nan Maha Sayang.
    Rekan pembaca budiman, mungkin itu artinya ”celakalah orang yang shalat, mereka lalai dalam shalatnya”. Semoga kita semua diselamatkan Allah dari itu semua. Semoga kita tidak termasuk yang meremehkan bacaan dalam ibadah. Semoga dimudahkan diri kita untuk beribadah dengan cara yang benar dan diridhoi-Nya. Aamiin
    Wallahu ‘alam bis sawab

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Designed by Johanes Djogan

    Sharing is Caring - Powered by Blogger - Redesigned by Cuwie