• Posted by : Unknown Selasa, 09 Juli 2013


           Pada pertengahan tahun 1990-an, Dua orang ahli geologi, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov dari Rusia bersama Rona Clint dari Amerika Serikat, telah menemukan cahaya berwarna kemerah-merahan pada kedalaman 2.000 meter dari permukaan laut Samudera Atlantik yang menerangi suasana dasar lautan yang gelap gulita. Mereka menyatakan cahaya tersebut tidak statis, tetapi bergerak perlahan-lahan secara acak. Dan ketika dilihat lebih dekat. mereka mendapati aliran air yang sangat panas mengalir dari arah rekahan batu seperti air mancur geiser yang ada di daratan bumi. Kemudian, aliran air panas tersebut juga disertai dengan semburan lahar cair seperti api dan diikuti dengan debu vulkanik yang terlihat seperti asap kebakaran. Dan setelah diteliti lebih lanjut pada tahun-tahun berikutnya, ditemukanlah bahwa cahaya itu merupakan api yang dihasilkan dari aliran lahar gunung berapi dasar laut. Yang mengagumkan adalah api itu tidak tidak pernah padam oleh limpahan air laut, sekaligus juga tidak bisa menguapkan air laut.


    Allah telah mengisyaratkan fenomena api di dalam lautan ini dalam QS At Thuur 6:

    وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ

    "dan laut yang di dalam tanahnya ada api,"

             Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya.
    Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata).
    Namun, sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur di atas semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

             Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas.
    Makna lain dari kata "sajara," adalah “mala'a” (memenuhi). Dr. Wahbah Zuhaily ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan: Al Bahr Al Masjur yaitu "Al Mamlu' Ma'an" (yang penuh dengan air) atau "Al Mamlu' Naaron" (yang penuh dengan api), dengan penafsiran ini kita dapat lebih mengerti kemukjizatan ilmiah yang terkandung dalam Al Quran. Imam Al Maroghi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa para ahli geologi telah membuktikan bahwa bumi ini seluruhnya seperti semangka. Sedangkan kulitnya seperti kulit semangka. Maksudnya, bahwa hubungan antara kulit bumi dengan api yang ada di dalam perutnya seperti hubungan kulit semangka dengan dagingnya yang dimakan orang. Jadi, kita sekarang berada di atas api yang besar, yaitu berada di atas lautan yang penuh dengan api. Dan lautan ini ditutup segala penjurunya dengan kulit bumi yang tersusun rapi untuk membentengi lautan tersebut. Namun dari waktu ke waktu bisa saja api itu naik dari lautan tersebut dan muncul ketika terjadi gempa dan letusan gunung berapi. (Tafsir Al Maroghi)




    sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=551680254889064&set=a.451431984913892.105115.442501695806921&type=1&relevant_count=1

    salam
    Fenaldy

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Designed by Johanes Djogan

    Sharing is Caring - Powered by Blogger - Redesigned by Cuwie